bolehkah aku menjadi puitis dalam lembar ini, kawan?
tak hendak menyentuh, hanya melihat dari jarak sedepa
tak hendak berkata, hanya berpangku pada rasa
orang lain tak akan mengerti apa yang kita sadari
orang lain tak akan berdaya menanggung yang kita tempuh
orang lain tak akan memahami apa yang kita selami
orang lain tak akan peduli saat kita jauh
kaubaca yang tak kutulis
kudengar apa yang tak kaueja
ada senyum di balik tangis
ada tenang di balik resah
engkau... engkaulah penopang resahku
penopang gundah tak menentuku
penguat seluruh kelemahanku
mungkin ini terdengar klise
atau terbaca sebagai prosa picisan
tapi kau tak tahu
apa yang terjadi ketika hati yang berbicara
berbicara dalam kelemahan yang tercipta oleh rindu terdalam
sekali ini saja, kunyatakan ini dalam kalimat tertulis
apa yang nyata tampak semu
apa yang semu tampak nyata
apapun itu
engkau tetaplah yang paling tahu
bagaimana memenangkan perang perasaan ini
aku hanya ingin berterima kasih
untuk tanggal empat februari itu
dan segalanya...
untukmu, dariku
Ahay, pujangga to.. :)
ReplyDeletewonten nopo, syekh? :)
Delete